The King Fisher, 2007, Oil on Canvas. Pada Katalog Pameran Pesan Cinta Harsono Sapuan, 2011, Anindya Barata menulis:
"Sosok badut yang sering ditampilkan Harsono merupakan
representasi tawa lainnya. Yang mencolok justru badut sebagai presiden dan
raja. Badut yang dilukis close up
sambil mengisap cerutu dengan asap bak buaian awan lamunan, wajahnya
memancarkan ekspresi nikmat. Sementara itu cerutu di bibir birunya kian pendek,
perlahan memangkas tulisan ‘presiden’, hingga habis pada waktunya nanti. Latar
belakangnya yang berwarna ungu penuh sesak dengan wajah-wajah rakyat yang samar. Dalam karya lainnya, seorang
pemancing mengisap cerutu bertuliskan ‘king’, sembari bertopang dagu dengan
tatapan kosong. Yang memakan pancingnya justru seorang badut. Di dasar air
tampak beragam wajah rakyat yang digores tipis, sementara ikan-ikannya yang cantik
dekoratif malah dipunggungi.
Dalam konteks politik, metafora-metafora Harsono tidaklah
garang dan menyakitkan tapi lebih merupakan pasemon
yang bermain-main dengan idiom tawa. Namun jika ditarik lebih jauh secara
berlapis, tertawa dalam kode budaya Jawa tidak selalu identik dengan
kegembiraan tapi bisa merupakan cermin kegetiran".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar